Legenda Poyang Serampu 7

Friday, April 1, 2011 di 3:09 AM
Legenda Puyang Serampu 7 (Tujoh) yaitu dikisahkan bahwa puyang ini mempunyai 7 (Tujuh) bersaudara terdiri dari 6 (enam) laki-laki dan seorang prempuan yang sangat cantik. Mereka bertempat di Kampung Persa, letaknya dekat Muara Sungai Lubai dan Sungai Rambang. Bukti tertulis tidak, bukti alam saat ini bagi pembaca ingin menyaksikan dapat berkunjung kesana. Tiang rumah dan sebagian kayu-kayu masih ada di Kampung Persa Lubai.


Sejarah Kampung Persa Lubai

Pada awalnya kehidupan di kampung Persa, Muara Lubai kondisinya aman tenteram dan sentosa.
Sumber daya alam untuk menunjang kidupan nenek moyang orang Lubai, berlimpah ruah. Ikan-ikan di sungai Lubai, mudah didapat dan sepisiesnya banyak seperti : ikan Tapah, ikan Toman, ikan Haruan, ikan Baung, ikan Behinget, ikan Kalang, ikan Keli, ikan Pungkut, ikan Lenjing, ikan Bujok, ikan Betutu, ikan Belide, ikan Palau, ikan Lampan dan sebagainya. Hutan belantara disekitar Kampung Persa, Muara Lubai banyak ditumbuhi : pohon Cikhu, pohon Pelawan, pohon Simpoh, pohon Gelam Tikus, pohon Cenggal, pohon Gehunghang, pohon Mehampui, pohon Tampui, pohon Haman, pohon Hengas, pohon Hukam, pohon Setul, pohon Mampat, pohon Putat, pohon Tehap dan sebagainya. Kampung Persa. Muara Lubai berada dekat Batanghari Lubai. Nenek moyang orang Lubai tidak dapat dipisahkan dengan sungai, karena sunggai merupakan pusat aktivitas pada masa itu seperti : pusat transportasi, mandi, cuci, kakus, sumber mencari ikan.

Puyang Serampu 7 yang Sakti

Puyang Serampu Tujuh terdiri dari 6 (enam) laki-laki dan 1 (satu) Perempuan. Ke-enam Saudara laki-laki Puyang Serampu mempunyai kesaktian mandraguna. Kesaktiannya tidak perlu diragukan lagi. Apa diucapkan dapat diwujudkan. Didukung dengan kondisi alam dan ketekunan dari enam bersaudara ini, maka mereka dapat memiliki kesaktian yang tiada tanding pada saat itu. Sehingga Kampung Persa, Muara Lubai dalam kondisi aman tenteram, tidak dapat gangguan dari pihak luar kampung.

Adik perempuan Puyang Serampu Tujuh, mempunyai paras yang cantik jelita. Kecantikan puyang perempuan ini tidak ada yang menandinginya di Kampung Persa, Muara Lubai. Banyak pemuda yang menaruh hati kepada sang gadis nan cantik jelita ini, namun mereka tidak berani mengungkapkanya. Hal ini karena mereka takut akan kesaktian enam saudara laki-laki Puyang Tujuh Serampu.


Pemuda Sakti Tanpa Pusar

Konon cerita tidak jauh dari Kampung Persa, Muara Lubai terdapat kampung di bawah air. Di kampung bawah air itu, tinggal seorang pemuda sangat tampan bersama kedua orang tuanya. Pemuda tampan ini mempunyai beberapa keanehan daripada manusia normal yaitu dia tidak mempunyai pusar*) baca pusat dalam bahasa Lubai. Disamping mempunyai keanehan pemuda ini, mempunyai kesaktian mandraguna luar biasa yaitu setiap dia menghamtamkan kakinya ke tanah, maka dari bekas hantaman kakinya akan memancarkan air dalam jumlah yang sangat banyak.

Pada suatu hari sang pemuda tampan sakti tanpa pusar ini, berkunjung ke Kampung Persa, Muara Lubai. Tanpa sengaja saat itu, dia melihat seorang gadis yang mempunyai paras cantik jelita. Gadis itu adalah adik perempuan Puyang Tujuh Serampu. Ketika itu sigadis ini akan mandi ke Batanghari Lubai. Sejak pandangan pertama ini, sipemuda tampan tidak dapat melupakan bayangan sigadis cantik nan jelita dari Kampung Persa, Muara Lubai. Beberapa hari pemuda tampan tanpa pusat, memikirkan bagaimana caranya agar dia melupakan bayaran sigadis ini, namun dia tidak berhasil. Dia menyadari bahwa antara dia dan sigadis beda alam. Pemuda tampan tanpa pusar berada dialam bawah air dan sigadis hidupnya dialam atas air. Dapatkah kedua insan beda alam ini, menjalin kasih sayang.


Pemuda tanpa Pusar melamar

Beragam cinta yang ada dalam kehidupan sehari-hari, kadang berakhir menyenangkan dan kadang menyedihkan, tapi tidak seharusnya manusia terlena dan hanyut akan cinta. Cinta ibarat kupu-kupu. Makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang, ia akan menghampirimu disaat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerima.

Perasaan yang membara didalam jiwa sang pemuda tampan tanpa pusar, membawa dia untuk memberanikan diri untuk menemui sigadis nan cantik jelita. Singkat cerita pertemuan kedua manusia yang berlain jenis ini menumbuhkan benih-benih cinta yang mendalam. Benih-benih cinta yang tumbuh pada kedua insan manusia ini, semakin hari tumbuh kian subur. Karena desak an dari gelora cinta yang semakin memabara didalam jiwa sipemuda, dia bertekad akad akad melamar adik perempuan Puyang Serampu Tujuh.

Sipemuda tampan menghadap orangtua sigadis, untuk menyampaikan niatnya.
Sipemuda tanpa pusar "Mamang pemangku adat Kampung Persa, kenalkan aku pemuda dari desa nan jauh dari sini dan ciri-ciriku tanpa pusar. Maksud kedatangan aku kesini, nak melamar anak mamang, untuk menjadi pendamping hidupku" Mendengar pinangan dari sepemuda tanpa pusar dan berasal dari desa yang jauh, enam saudara laki-laki Puyang Tujuh Serampu jadi terperangah mendengarnya. Mereka berenam sepakat untuk menolak pinangan ini. Hati mereka menjadi gusar, adik perempuan mereka yang cantik jelita dilamar oleh seorang pemuda mempunyai beberapa keanehan yaitu dia tidak mempunyai pusar, tidak dapat menyebutkan berasal dari desa mana, sesungguhnya dia berasal

Dengan kesaktian mandraguna yang dimiliki sipemuda tanpa pusar dan kesaktian enam saudara lakik-laki Puyang Serampu Tujuh, setelah mereka sepakat untuk bertanding adu kesaktian. Setelah melakukan beberapa kesaktiannya antara sipemuda dan enam bersaudara laki-laki, ternyata hasilnya seimbang. Hal ini membuat enam saudara laki-laki Puyang Tujuh Serampu, dengan perasaan terpaksa harus menerima pinangan sipemuda tanpa pusar. Kesaktian sipemuda tanpa pusar, telah memaksa enam saudara laki-laki Puyang Serampu merestui pinangannya terhadap adik perempuan mereka satu-satunya. Dalam bahasa Lubai "kelewai cumah suhang" nak belaki jaoh pule.


Pengantin Wanita dibawa pulang

Setelah pinangan sipemuda tanpa pusar diterima lanngsung dilaksanakan perkawinan antara pemuda sakti tanpa pusar baca pusat dalam bahasa Lubai dengan adik Puyang Serampu Tujuh. Nampak kedua mempelai sangat bahagia, Sipemuda mempunyai wajah sangat tampan, sedang sigadis mempunyai paras sangat jelita. Sunguh mereka merupakan pasangan yang sangat serasi.

Sebagai ungkapan cinta sepasang suami isteri yang harmonis. mereka tidak mengatakan "Ini salahmu!", tapi mereka mengaatakan"Maafkan aku, ya sayang". mereka tidak mengatakan "Kau dimana!", melainkan mereka berkata"Aku disini, mengapa sayang?" mereka tidak mengatakan "Coba, seandainya kau...", akan tetapi mereka berkata "Terima kasih ya, kau begitu....."

Beberapa hari berselang, sang pengantin pria hendak membawa pulang sang pengantin wanita ke istana baca tempat tinggal dia bermukim. Mereka menuju kesana dengan perjalanan darat, masih sanggat asing bagi sang pengantin wanita. Mengingat hal ini akan membuat kesulitan bagi sang pengantin wanita, bila terjadi sesuatu hal untuk kembali kekampung halamannya di Kampung Persa, Muara Lubai. Maka sang pengantin pria memberitahukan kepada sang pujaan hatinya bahwa menginggat perjalanan kita ini memakan waktu cukup lama yaitu selama 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam, selain membawa beberapa keperluan makanan untuk kita, jangan lupa membawa buah Wijan.

Mereka sepasang pengantin yang berbahagia ini, setelah pamit kepada keluarga besar Puyang Tujuh Serampu mereka memulai perjalanan menuju tempat tinggal sang pengantin pria. Sang pengantin pria memerintahkan isteri untuk menaburkan buah Wijan sepanjang perjalanan yang mereka lakukan. Sang isteri belum memahami apa maksud suaminya menyuruh dia agar menaburkan buah Wijan sepanjang perjalanan mereka.

Setelah mereka melakukan perjalanan selama 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam mereka sampai dimana tempat yang dimaksud tempat tinggal sang pengantin pria. Tempat itu yang ternyata sebuah Lubuk di sebuah Sungai. Melihat kenyataan ini, maka sang pengantin wanita sangat kaget. Perasaannya bercampur antara sedih dan rasa takut ketika melihat sang suami melompat kedalam sungai itu. Namun demikian karena dia sanggat mencintai suaminya dia mampu untuk menahan rasa sedih dan takut, sambil menunggu dipinggir sungai.

Setelah masa menunggu suaminya itu, selama 3 (tiga) pekan atau minggu sang suami tidak juga muncul kepermukaan sungai, maka sang pengantin wanita akhirnya dengan rasa sedih memutuskan untuk kembali pulang Kampung halaman tempat kelahirannya. Pada awalnya dia merasa binggung bagaimana mungkin dia dapat menuju kembali ketempat kampung halamannya, menginggat tempat sangat jauh dari kampung halamannya.

Adik perempuan Puyang Serampu Tujuh ini, memulai perjalanan kembali menuju kampung Persa, Muara Lubai. Setelah beberapa lama perjalanannya, tanpa sengaja dilihatnya ada pohon Wijan. Sang pengantin wanita, akhirnya menyadari bahwa ternyata maksud suami memerintah untuk menabur biji Wijan adalah agar buah wijan yang telah ditaburkan sepanjang jalan tadi setelah tumbuh dapat menjadi petunjuk jalan, untuk pulang kembali menuju Kampung Persa dekat Muara Rambang.

Dengan memperhatikan pohon Wijan yang telah ditaburkan saat akan pergi dahulu, saat ini sudah mulai tumbuh sehingga akhirnya si adik perempuan Puyang Tujuh Serampu, tidak mendapat kesulitan untuk mencapai tempat kelahirannya.

Malapetaka Kampung Persa Lubai

Sang waktu berjalan terus tanpa terasa, telah 3 (tiga) purnama lamanya sang pengantin pria berada di Lubuk Sungai bersama orangtuanya. Sebagai pengantin baru, dia sangat rindu baca sumang kepada isterinya, maka iapun segera menyusul ke Kampung Persa di Muara Lubai.

Maksud kedatangannya ke kampung Persa, Muara Lubai adalah hendak membawa pulang kembali iseterinya. Adik Puyang Serampu Tujuh, setelah dia mengetahui bahwa suaminya itu bukan dari Bangsa Manusia melain dari Bangsa lain atau makhlus halus yang sakti, maka dia tidak mau lagi kembali mengikuti suaminya. Karena diminta dengan baik-baik, isterinya tidak mau ikut pulang, maka sampailah puncak kemarahan si Pemuda tanpa pusar yang sakti ini.

Karena silang paham tidak mencapai titik temu, maka untuk menyelesaikan permasalahan diadakan perang tanding kesaktian antara "Pemuda sakti tanpa pusar" dan "Tujuh bersaudara Puyang Serampu".

Pertandingan adu kesaktian ini cukup seru. Pemuda tanpa pusar, menghantamkan kaki ketanah maka seketika itu juga memancar air yang sangat besar keluar dari bekas hantaman kaki. Saudara tertua dari Puyang Serampu Tujuh tanpa ragu dengan kesaktiannya, hanya menggunakan sebatang lidi kelapa, dia mampu menutup air, yang sangat deras memancar tadi. Hantaman kaki pemuda tanpa pusar, dari kesatu sampai dengan ke-enam dapat ditutup hanya menggunakan sebatang lidi oleh Puyang Serampu Tujuh bersaudara, sesuai dengan urutan pertama sampai dengan puyang nomor 6 (enam).

Malapetaka bermula, ketika hantaman kaki pemuda tanpa pusar ketujuh. Mendapat giliran untuk menutup air yang memancar dari bekas hatanman kakinya itu adalah adik perempuan Puyang Tujuh Serampu. Setelah lidi kelapa itu ditancapkan ketanah, ternyata air yang memancar itu tidak mau berhenti. Air yang memancar itu, semakin lama, semakin meluap. Mula-mula hanya menggenangi rumah tinggal Puyang Serampu Tujuh bersaura, namun air itu semakin lama, semakin meluap yang akhirnya menengelamkan kampung Persa, Muara Lubai – Sungai Rambang.


Keterangan :

  • Sisa Kampung Persa, Muara Lubai dapat dilihat dengan beberapa reruntuhan rumah yang telah tenggelam itu. Bagi pembaca cerita ini, dapat berkunjung kesana menggunakan perahu ataupun jalan darat, Lokasi dekat Muara Batanghari Lubai dekat Batanghari Rambang;
  • Adik Perempuan Puyang Serampu Tujuh dibawa oleh Pemuda sakti tanpa pusar;
  • Puyang Berlayar Balok, karena menggunakan Balok dari kampung Persa, Muara Lubai - Rambang, ke hulu Batanghari Lubai. Puyang ini merupakan tokoh masyarakat "Talang Balok” kuburan Puyang ini berada dipinggir Batanghari Lubai, Talang Balok;
  • Puyang Terbang Jubah, tokoh masyarakat Duson Aur. Jubah Puyang ini masih dapat disaksikan di Duson Aur. Kuburan puyang ini dipinggir Batanghari Lubai, Duson Aur. Bagi masyarakat Duson Aur, puyang ini terkenal dengan legenda pohon Tanjung berbunga emas;
  • Terdapat kuburan tua terletak dipinggir Batanghari Lubai, dekat daerah Talang Haji, desa Jiwa Baru, saat ini masih ada. Tapi penulis tidak memperoleh info yang jelas apakah kuburan termasuk tokoh dari ”Puyang Serampu Tujuh”
  • Catatan : pu·sar n cekungan di tengah-tengah dinding perut bekas tempat tali pusar yg menghubungkan perut dng tembuni ketika bayi baru lahir; pusat

Sumber info : Lamtoni Zainal Abidin (Beringin Lubai) dan diolah sendiri oleh penulis.


Blogged with the Flock Browser

0 komentar

KAJIAN SANAK | Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | Thanks to Blogger Templates | XML Coded By Cahayabiru.com