Kumpul Sanak

Tuesday, March 20, 2007 di 12:20 AM

Kumpul Sanak

Pernikahan dikalangan masyarakat kita sudah menjadi adat kebiasaan bahwa harus dibarengi perhelatan, paling tidak kumpul dan makan bersama. Begitu pula yang terjadi di dusun Jiwa Baru kecamatan Lubai kabupaten Muara Enim provinsi Sumatera Selatan. Tentunya dalam suatu perhelatan harus ada persiapan-persiapan. Begitu juga adat kebiasaan yang ada di masyarakat Jiwa Baru. Pada prinsipnya persiapan yang dilakukan hampir sama dengan keadaan “umum” di Indonesia, misalkan pembentukan panitia acara perhelatan, pengumpulan dana dan sebagainya. Perbedaan yang mendasar dari keadaan yang terjadi dimasyarakat Jiwa Baru terletak pada pencarian dana untuk perhelatan.


Kumpul sanak mandas

Kalau yang berlaku diumum bahwa pencarian dana untuk resepsi pernikahan (walimahan) terjadi pada waktu acara resepsi itu pun setelah ada dana pribadi atau bantuan dari sanak saudara, maka yang terjadi dimasyarakat desa Jiwa Baru pengumpulan dana dilakukan sebagai berikut : Sebulan sebelum hari jadi acara, namanya “kumpul sanak mandas”. Adapun cara pengumpulan dana tersebut adalah dengan mengumpulkan seluruh sanak famili terdekat. pengumpulan orang untuk datang kerumah yang punya hajatan caranya dipanggil kerumah masing-masing. Panggilan dilaksanakan oleh utusan tuan rumah masyarakat menyebutnya “tukang panggil”. Memang kurang efisien kalau ditinjau dari sisi waktu, namun dengan adanya tatap muka seperti itu maka jalinan silaturahim terjadi disini. 

Kumpul sanak pedusunan
 
Seminggu sebelum hari jadi acara, namanya “kumpul sanak pedusunan”. Adapun cara pengumpulan dana adalah dengan cara mengumpulkan seluruh masyarakat pedesaan tanpa terkecuali. Pengumpulan orang untuk datang kerumah yang punya hajatan caranya dipanggil kerumah masing-masing. Penggilan dilaksanakan oleh utusan tuan rumah masyarakat menyebutnya “tukang panggil”. Memang kurang efisien kalau ditinjau dari sisi waktu. namun dengan adanya tatap muka seperti itu maka jalinan silaturahmi terjadi disini. Sehingga, terjadilah sosialisasi yang mengakibatkan terjadi keakraban yang merupakan landasan untuk penyatuan masyarakat. 

Kemudian setelah orang berkumpul maka acara penarikan dana dilakukan. Biasannya ada petugas yang keliling untuk melakukan pendataan orang yang akan menyumbang. Selama acara penarikan dana berlangsung setiap orang yang hadir dipersilakan menyantap hidangan yang telah disediakan tuan rumah. Kemudian syarat untuk melakukan acara ini adalah: pihak keluarga mempelai laki-laki atau dalam bahasa Lubai membinikan anak. Sekilas terkesan ada bias gender disini, namun jika dilihat lebih jauh maka pihak laki-laki akan banyak mengeluarkan biaya ketika melakukan perhelatan. Jika pihak mempelai perempuan berasal dari desa Jiwa Baru, pihak mempelai laki-laki dari luar masayarakat Jiwa Baru, maka  dapat juga melaksanakan acara ini jika memungkin dari segala aspek.

Arisan kerja

di 12:05 AM

Budaya gotong royong memang sangat kental dalam masyarakat tanah air, seperti gotong royong membangun rumah, gotong royong, membuka lahan pertanian, gotong royong menanam dan panen padi. Masyarakat Lubai mempunyai tradisi gotong royong menanam padi dalam bahasa Lubai "nugal padi".
 
Ngambek Ahi :

Ngambek akhi dalam bahasa Lubai, mempunyai makna mengambil hari suatu kegiatan memberikan tenaga bantuan kepada pihak lain agar dihari yang lain orang yang kita bantu tadi akan memberikan tenaga bantuan kepada pihak kita kembali. Pelaksanaan ngambek akhi biasanya dilaksana pada saat kegiatan musim nugal, yaitu acara menanam padi di ladang dalam bahasa Lubai "ume". Nugal padi adalah kegiatan bergotong royong dengan cara melubangi tanah dengan alat tugal kemudian di isi dengan benih padi. 
Keluarga besar kami pernah mengadakan acara "ngambek akhi nugal padi". Waktu itu keluarga kami mengadakan acara "ngambek akhi di Ladang kami di Dataran Gemsuruman Desa Kurungan Jiwa Kec. Lubai Kab. Muara Enim. Prov. Sumatera Selatan. Sistem ngambek akhi seperti arisan tenaga. Dalam kesempatan ini keluarga kami sebagai tuan rumah arisan tenaga kerja, mendapat giliran untuk mengundang orang. Pada hari yang lain Ayahanda  kami mendapat undangan dari pihak lain, untuk menugal padi.

Wilayah Lubai

Monday, March 19, 2007 di 11:59 PM
Tinjauan wilayah Lubai dari aspek yang menjadi pengusa pada zamannya sebagai berikut :

Periode Kedatuan Sriwijaya :
Wilayah Lubai masuk wilayah Kedatuan atau Kerajaan Sriwijaya. Usia desa-desa Lubai lebih-kurang 1.000 tahun. Bukti-bukti peninggalan sejarah tertulis tidak ada, namun adanya kepercayaan masyarakat Lubai bahwa pohon besar ada penunggunya, percaya adanya hantu, beberapa pantangan dan larangan yang mirip dengan ajaran agama Budha, yang merupakan agama resmi Kerajaan Sriwijaya. Dari sudut pandang pantangan dan larangan yang mirip agama Budha, maka dapat diyakini bahwa wilayah Lubai ini telah berdiri sewaktu Kerajaan Sriwijaya masih berkuasa;

Periode Kesultanan Palembang :
Wilayah Lubai masuk wilayah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam. Bukti-bukti peninggakan sejarah tertulis tidak ada, namun adanya rumah adat yang berbentuk Limas yang merupakan ciri khas wilayah Kesultanan Palembang Darussalam, sebuah Masjid tua di Desa Baru Lubai yang usianya sudah ratusan tahun, serta berdasarkan cerita orangtua penulis, maka dapat diyakini bahwa wilayah Lubai termasuk bagian dari wilayah Kesultanan Palembang Darussalam;

Periode zaman Hindia Belanda :
Wilayah Lubai masuk wilayah kekuasaan Keresidenan Palembang. Bukti-bukti peninggakan sejarah tertulis tidak ada, berdasarkan cerita orangtua penulis, wilayah Lubai dibawah kekuasaan Kewedanaan Prabumulih Keresidenan Palembang.

Periode tahun 1945 sampai dengan 1970 :
Wilayah Lubai merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Prabumulih Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah Provinsi Sumatera Selatan;

Periode 1980 sampai dengan tahun 1995 :
Wilayah Lubai merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Rambang Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan;

Periode tahun 1995 sampai sekarang :
Wilayah Lubai merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan;

Marga Lubai

di 7:16 PM
Marga Lubai merupakan sebuah komunitas yang berdomisili di sepanjang Sungai Lubai. Dulu termasuk wilayah Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam. Desa-desa diwilayah Sumatera Selatan, dalam sejarahnya memang biasanya berada di tepi sungai. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu transportasi menggunakan aliran sungai. Dari Sungai Musi sampai ke anak-anak sungainya, seperti Sungai Ogan, Sungai Rambang dan Sungai Lubai. Di sepanjang Sungai Lubai disebut "Batang akhi Lubai" terdapat desa-desa, dalam bahasa Lubai adalah dusun-dusun.

Marga Lubai Suku I meliputi dusun-dusun sebagai berikut :
  • Tanjung Kemala (Tandjoeng Kemale);
  • Gunung Raja (Goenoeng Radje);
  • Baru Lubai (Baroe Loebai);
  • Kurungan Jiwa (Koeroengan Djiwe).

Marga Lubai Suku II meliputi dusun-dusun sebagai berikut :

  • Pagar Gunung (Page Goenoeng);
  • Kota Baru (Kute Baroe);
  • Beringin (Beringen);
  • Aur (Auor);
  • Prabu Menang (Permenang);
  • Karang Agung (Karang Agong);
  • Pagar Dewa (Pagar Diwe).

Catatan :
Marga Lubai masuk dalam wilayah Kecamatan Prabumulih, Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah, Provinsi Sumatera Selatan. Setelah beberapa generasi berdomisili di Marga Lubai Suku I dan II, saat ini nama itu hanya kenangan. 
Pada zaman menggunakan sistem Pemerintahan Marga beberapa jabatan kepala pemerintahan sebagai berikut :
Kepala pemerintahan Marga disebut Depati dengan gelar Pengeran.
Kepala pemerintahn Desa/Dusun disebut Krie yang desanya bukan berada di ibukota Marga, adapun kepala desa di ibukota Marga dinamakan Pembarap
Kepala pemerintahan Kampung disebut Penggawe

Lokasi Lubai

di 6:11 PM
Bagi pengunjung yang ingin mengetahui lokasi Lubai dari dunia maya, silahkan klik Google MAPS ini...
Lubai adalah suatu tempat pemukiman penduduk di wilayah Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan...

Asal usul Lubai

di 6:09 PM

Ada ungkapan di Televisi Swasta Nasional yaitu kalau usul jangan asal dan kalau asal jangan usul. Kajian asal usul Lubai ini bukanlah asal dari usul, tetapi merupakan tulisan sekilas sejarah dimulakan menggunakan kata Lubai.

Kata Lubai diambil dari sebuah nama sungai yang mengalir diwilayah Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Asal usul nama Lubai ini tidak dapat diungkapkan secara pasti berawal dari siapa, apa maknanya, kapan dimulai penyebutannya.


Penulis telah mencari informasi tentang asal usul kata Lubai sebagai berikut :
  • Wawancara dengan kakanda Rizwan bin Abdullah dari desa Jiwa Baru, tahun 2008 menyatakan bahwa kata Lubai telah dimulai beberapa abad silam. Hal ini berdasarkan cerita dari nenek moyang dari desa Jiwa Baru, bahwa zaman dahulu pernah datang beberapa pendekar dari kawasan negeri Pasemah, Pagar Alam berkunjung ke daerah marga Lubai. Ketika beberapa pendekar itu sampai di sungai yang terletak di dekat perkampungan masyarakat Jiwa Baru mereka menyatakan inilah Lubai. 
  • Berdasarkan hasil mengobrol penulis via facebook dengan Miss Nikollet Lubai asal Hongaria, penulis bertanya mengapa nama anda berakhiran dengan Lubai, dia mengatakan bahwa disana banyak orang menggunakan nama Lubai. Akan tetapi dia sendiri tidak tahu darimana asal usul nama Lubai itu sendiri.
  • Hasil Oom Google penulis menemukan kata Sungai Lubai di negeri Serawak Malaysia dan Lubai net nama sebuah situs dinegeri China.

Kata Pengantar

Thursday, March 15, 2007 di 8:40 PM
Assalamu alaikum…

Selamat Datang di Amar`lubai Kajian Sanak. Blog ini dibuat dan dikelola oleh seorang bukan piawai dibidang dunia internet, namun berharap dapat eksis didunia internet.

Amar`lubai Kajian Sanak ini dibuat dengan maksud dan tujuan agar kami dapat menuliskan apa yang kami lihat, apa yang kami dengar, apa yang kami alami. Informasi yang kami sajikan disini tentang aktivitas sanak keluarga Lubai yang berdomisili dimanapun berada.

Semoga informasi yang kami sajikan dapat bermanfaat bagi pengunjung. Tulisan diblog ini sangat sederhana namun kami berharap mempunyai makna. Ditulis dengan ketidak-sempurnaan, tanggapi dengan kearifan.

Tiada gading yang tidak retak, tiada manusia yang sempurna, tiada perkataan paling mulia kecuali firman Allah swt.

Wassalamu alaikum…

Bandar Lampung, Maret 2007
Amrullah Ibrahim

KAJIAN SANAK | Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | Thanks to Blogger Templates | XML Coded By Cahayabiru.com